1. PENDAHULUAN
1.1. Umum
Tenaga listrik merupakan sistem
energi yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
negara, sehingga kebutuhan daya listrik dijadikan salah satu ukuran tingkat
kemakmuran suatu masyarakat. Oleh karena
itu peranannya yang sangat penting ini maka tenaga listrik yang tersedia
haruslah murah dan andal. Sehingga penggunaannya dapat lebih menyentuh
kehidupan masyarakat, khususnya industri. Dalam suatu industri yang maju maka
akan membutuhkan tersedianya tenaga listrik dan kontinuitas pelayanan listrik
guna menunjang proses produksi. Oleh sebab itu
pengusahaan dan penggunaan tenaga listrik secara optimal merupakan salah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan.
1.2. Sifat Beban
Listrik
Seluruh mesin-mesin listrik
(Motor dan Transformator) yang menggunakan Arus Bolak Balik akan mengkonsumsi
Daya Aktif (kW) dan Daya Reaktif (kVar), hanya daya aktif yang diubah menjadi
daya mekanik dan panas, sedangkan daya reaktif digunakan untuk menghasilkan
fluks magnit pada inti besi dari mesin listrik tersebut, untuk dapat
beroperasi.
Sebagaimana diketahui bahwa beban
listrik umumnya dinyatakan dengan impedansi Z,
yang terdiri dari R, L dan C.
Di mana :
R = Resistansi ( Ω )
XL= 2π f L = Reaktansi Induktif ( Ω)
XC = 1/(2π fC) = Reaktansi Kapasitif (Ω )
Sifat beban pada jaringan listrik ditunjukkan oleh faktor
daya (pf) :
·
Beban Resistif memberikan pf = 1
·
Beban Induktif memberikan pf < 1, Lagging
·
Beban Kapasitif memberikan pf < 1, Leading
Efek resistansi dan kapasitansi
pada beban dan jaringan listrik umumnya sangat kecil dibandingkan dengan efek
induktansi. Oleh sebab itu beban yang dilayani jaringan listrik pada umumnya
lebih bersifat induktif, baik beban peralatan rumah tangga (Lampu TL, Pompa
Air, Kulkas, AC dsbnya) apalagi beban industri yang didominasi oleh
Transformator dan Motor Listrik, sehingga impedansi jaringan dan beban listrik
bisa disederhanakan menjadi :
Jaringan listrik mulai dari
Pembangkit Listrik sampai titik beban sudah mempunyai impedansi yang diberikan
oleh Generator, Kabel, Trafo Daya di Gardu Induk, Saluran Transmisi Tegangan
Tinggi, Trafo Distribusi di Gardu Distribusi, Saluran Distribusi Tegangan
Menengah sampai ke titik beban. Akibatnya Daya Listrik S (kVA) dari Pusat
Pembangkit Listrik akan terdiri dari dua komponen daya, yaitu : Daya Aktif P
(kW) dan Daya Reaktif Q (kVar).
S = P + j Q (kVA)
P = S. Cos φ (kW)
Q = S. Sin φ (kVar)
Pemakaian daya reaktif yang
berlebihan oleh beban, yaitu bila pf < 0,85 akan menimbulkan akibat antara
lain:
1. Di
sisi Pembangkit Listrik, untuk melayani beban (kW) yang sama diperlukan daya
(kVA) yang lebih besar dibandingkan apabila pf nya > 0,85.
2. Di
sisi Beban, kapasitas daya listrik terpasang (kVA) tidak bisa dimanfaatkan
secara optimal.
3. Industri
dan pelanggan listrik dengan beban besar, setiap bulannya akan selalu membayar
lebih akibat adanya pemakaian energi reaktif (kVARh) yang berlebihan.
4. Secara
merata kualitas tegangan listrik yang diterima di titik beban, terutama pada
beban puncak bisa berada di bawah standar tegangan yang disyaratkan oleh peralatan
listrik terpasang.
1.3. Manfaat Kompensasi Daya Reaktif
Kompensasi daya reaktif (kVar)
dengan menggunakan Power Kapasitor selain mampu mengurangi bahkan meniadakan
tambahan biaya akibat pemakaian energi reaktif (kVARh) yang berlebihan, juga
mampu memperbaiki kualitas pelayanan jaringan listrik terpasang, antara lain :
1.3.1. Memperbaiki Kualitas Tegangan
Perubahan (kenaikan) tegangan
pada titik sambung beban sebagai akibat dari pemasangan power kapasitor, dapat
dihitung dengan rumus :
Di mana :
XL = reaktansi induktif saluran (Ω )
Qc = kapasitansi power kapasitor (kVar)
V = tegangan pengenal kapasitor (kV)
Prosentase kenaikan tegangan
pada sekunder trafo daya setelah dipasang power kapasitor, sesuai dengan rumus
di atas adalah :
Di mana :
XT =
impedansi trafo (%)
ST =
kapasitas trafo (kVA)
QC = kapasitas power kapasitor (kVar)
1.3.2.
Mengurangi Rugi-Rugi Daya Pada Jaringan dan Peralatan
Seiring dengan kenaikan faktor
daya (pf) akibat pemasangan power kapasitor, arus listrik yang mengalir ke
titik beban, untuk daya (kW) yang sama akan menjadi lebih kecil. Dengan
demikian rugi-rugi daya pada jaringan listrik dan peralatan terpasang akan
menjadi lebih kecil pula.
Pengurangan rugi daya akibat
pemasangan power kapasitor adalah :
Di mana :
Cos φ = faktor
daya sebelum dipasang power kapasitor
Cos φ’
= faktor daya sesudah dipasang power kapasitor
1.3.3. Tersedia Kapasitas
Lebih Daya Terpasang
Akibat selanjutnya adalah akan tersedia kapasitas lebih daya
terpasang (daya listrik terpasang menjadi lebih longgar) yang bisa dimanfaatkan
untuk ekspansi beban bila diperlukan.
2. TEORI DAN
METODE
2.1. Kebutuhan
Kompensasi Daya Reaktif
Dalam Tarif Dasar Listrik PLN
telah ditetapkan bahwa pelanggan tertentu yang faktor daya (pf) beban
listriknya lebih rendah dari 0,85 akan dikenakan biaya pemakaian energi reaktif
(kVARh), selain biaya pemakaian energi aktif (kWh). Dengan demikian denda harus
dibayar, sebab pemakaian energi reaktif menjadi lebih besar. Denda atau biaya kelebihan
pemakaian energi reaktif dikenakan apabila jumlah pemakaian kVARh yang tercatat
dalam sebulan lebih tinggi dari 0,62 x jumlah pemakaian kWh pada bulan yang
bersangkutan. Sedangkan perhitungan kelebihan pemakaian kVARh dalam rupiah yang
ditagihkan oleh PLN menggunakan rumus sebagai berikut :
Wr = Wa x tg (arc Cos φ
)
Wf = Wr – ( 0,62 x Wa );
Wf x Hk
Di mana :
0,62 = tg (arc Cos 0,85) untuk pf = 0,85
Wf =
energi reaktif yang
dikenakan biaya per bulan (kVARh)
Wr = energi
reaktif yang dikonsumsi perbulan (kWh)
Wa = energi listrik
yang dikonsumsi perbulan
(kWh)
Hk = harga kelebihan pemakaian kVARh (Rp/kVARh)
Nilai Wf = 0, hanya bisa dicapai
apabila (tgφ - 0,62 ) =
0 atau Cos φ =
0,85 pada setiap kondisi beban, dengan cara memasang power kapasitor pada
lokasi yang sesuai.
Untuk mengantisipasi kemungkinan penambahan beban
dikemudian hari, maka biasanya dipilih kapasitas power kapasitor dengan nilai Cos
φ ≥ 0,85.
Kapasitas power kapasitor Qc yang diperlukan bisa dihitung
dengan rumus :
Qc = Pa ( tg φ - tg φ’
)
Di mana :
Pa = daya akttif
beban terpasang (kW)
φ = sudut fasa
sebelum dipasang power kapasitor
φ’ = sudut fasa
sesudah dipasang power kapasitor
2.2. Metode
Kelayakan Investasi
Sebelum melakukan investasi, perlu dilakukan suatu studi
kelayakan untuk memperkirakan apakah investasi yang dilakukan layak atau tidak.
Salah satunya ditinjau dari sisi keuangan dengan menggunakan beberapa metode
penilaian yang saling melengkapi. Pada umumnya ada empat (4) metode yang biasa
dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan suatu investasi :
2.2.1.
Metode Payback Period ( PP )
Payback Period (PP) adalah suatu periode
yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial
cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata
lain PP merupakan suatu ratio antara initial cash investment dan cah inflow yang hasilnya merupakan
suatu waktu. Selanjutnya nilai ratio ini dibandingkan dengan maksimum payback
period yang dapat diterima. Atau dengan kata lain, jangka waktu
pengembalian investasi didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai jumlah pemasukan (cash inflow) sama dengan nilai
investasinya. Biasanya dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
2.2.2. Metode Net
Present Value ( NPV )
Net Present Value adalah selisih antara present value dari
investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan.
Di mana :
Io = nilai
investasi awal
t = bulan ke
(jangka waktu)
n = jumlah
bulan
r = tingkat
suku bunga
CFt = kas masuk perbulan pada periode t
Pengembalian modal dalam jangka waktu tertentu yang
diharapkan, apabila memberikan harga NPV > 0, maka investasi dikatagorikan
layak dan NPV < 0 investasi
dikatagorikan tidak layak.
2.2.3.
Metode Internal Rate of Return
Metode ini digunakan
untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan di masa akan
datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.
Di mana :
Io = nilai
investasi awal
t = bulan ke
(jangka waktu)
n = jumlah
bulan
IRR = tingkat suku bunga yang dicari
CFt = kas masuk perbulan pada periode t
Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba. Caranya hitung
nilai sekarang dari aliran kas suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang
wajar, lalu bandingkan dengan biaya investasi, bila nilai investasi lebih
kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi. Demikian
seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar. Sehingga IRR dapat
dikatakan adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Apabila
tingkat suku bunga yang berlaku lebih kecil dari IRR maka NPV > 0.
Atau dengan kata lain apabila IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka investasi dianggap layak. Sebaliknya apabila IRR lebih
kecil dari tingkat suku bunga maka investasi dianggap tidak layak.
Rumus lain dari IRR dengan cara interpolasi adalah :
Di mana :
P1 = tingkat suku
bunga ke 1
P2 = tingkat suku
bunga ke 2
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2
2.2.4.
Metode Profitability Index
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang
dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai
sekarang dari investasi.
Di mana :
Io = nilai
investasi awal
t = bulan ke
(jangka waktu)
n = jumlah
bulan
r = tingkat
suku bunga
CFt = kas masuk
perbulan pada periode t
Kriteria penilaian :
Jika PI > 1, usulan proyek dikatakan menguntungkan.
Jika PI < 1, usulan proyek tidak menguntungkan.
Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, dimana
jika NPV suatu proyek dikatakan layak (NPV>0), maka menurut kriteria PI juga
layak (PI >1) karena keduanya menggunakan variabel yang sama.
3. PERHITUNGAN
DAN ANALISIS
Terutama beban industri adalah yang paling banyak
membutuhkan daya reaktif karena pada umumnya beban bekerja pada pf ≤ 0,8.
Sebagai contoh perhitungan dan analisis untuk kelayakan
investasi Power Kapasitor diberikan data sebagai berikut :
Daya terpasang pada suatu industri adalah 30.000 kVA dengan
pf = 0,8. Beban dianggap konstan, bekerja 24 jam (tiga shift) perhari sebesar
60 % dari daya terpasang.
3.1.
Perhitungan energi reaktif (Wf) yang dikenakan biaya perbulan
:
Energi listrik yang dikonsumsi tiap bulan
Wa = 60% x 30.000 x 0,8 x 30 x
24 = 10.368.000 kWh
Energi reaktif yang dikonsumsi tiap bulan
Wr = Wa x tg
(arc Cos 0,8 )
= 10.368.000 x 0,75 = 7.776.000 kVARh.
Wf = Wr – (
0,62 x Wa )
= 7.776.000 – (0,62 x 10.368.000) = 1.347.840
kVARh.
Diambil contoh dalam TTL 2013 untuk pelanggan I-3/TM
biaya kelebihan pemakaian kVARh = Rp. 757/kVARh.
Jadi kVARh yang harus dibayar tiap bulan = 1.347.840 x Rp.
757,- = Rp. 1.020.314.880,-
3.2. Perhitungan Kapasitas Power Kapasitor (Qc) yang
dibutuhkan :
Untuk kompensasi daya reaktif dipilih kapasitas power
kapasitor supaya harga pf naik menjadi 0,95 atau Cos φ’ = 0,95.
Qc = Pa ( tg φ – tg φ’
)
Pa = 60 % x 30.000 x 0,8 = 14.400 kW
tg φ = tg (arc Cos 0,8) = 0,75
tg φ’ = tg (arc Cos 0,95) = 0,33
Qc = 14.400
(0,75 – 0,33) = 6.048 kVAR.
Untuk mengantisipasi perubahan beban, sehubungan dengan
penggunaan power kapasitor agar tidak terjadi kompensasi yang berlebihan pada
saat beban ringan, maka pemasangan power kapasitor dilengkapi dengan Reactive
Power Regulator yang bekerja 4 tahap dengan konfigurasi 1 – 1 – 2 – 3 .
Sehingga konfigurasi power kapasitor adalah (900; 900; 1800; 2700) kVAR atau Qc yang digunakan dipilih 6300 kVAR.
3.3.
Analisis Kelayakan Investasi Power Kapasitor :
Estimasi harga Power Kapasitor terpasang (termasuk biaya
pemasangan, pengetesan dan komisioning) untuk ukuran dan konfigurasi tersebut di
atas diperkirakan adalah Rp. 2.008.000.000,- (bukan sebenarnya)
Sehingga investasi yang diperlukan
Io = Rp. 2.008.000.000,-
Dianggap suku bunga pertahun 24 % atau r = 2 % perbulan.
Biaya KVARh Rp. 1.020.314.880,- yang dibayar tiap bulan,
setelah pemasangan power kapasitor biaya ini dianggap sebagai pemasukan atau CFt = Rp. 1.020.314.880,-
Tabel. Hasil
Perhitungan NPV
Dari hasil perhitungan NPV seperti yang tertera pada tabel,
diperoleh hasil sebagai berikut :
- Pengembalian modal terjadi pada awal bulan ke tiga setelah power kapasitor dioperasikan dan sudah memberikan hasil atau keuntungan sebesar Rp. 934.588.114,-
- NPV > 0. (Rp. 8.782.646.108 – Rp. 2.008.000.000 = Rp. 6.774.646.108,-)
- PI > 1. ( 6.774.646.108 : 2.008.000.000 = 3,374)
Dengan demikian investasi untuk kompensasi daya reaktif
dengan menggunakan power kapasitor adalah layak untuk dilaksanakan.
4. KESIMPULAN
1. Jaringan
listrik yang bekerja dengan faktor daya (pf) rendah, sasungguhnya sama-sama
tidak menguntungkan, karena :
Pembangkit listrik, untuk
melayani beban faktor daya rendah memerlukan daya listrik semu ( kVA) yang
lebih besar, sehingga bisa menutup kemungkinan penambahan beban baru yang
diperlukan untuk ekspansi usaha. Adanya tambahan biaya energi
listrik akibat pemakaian kVARh oleh pembangkit listrik (sampai dengan pf =
0,85) dan oleh konsumen (untuk pf < 0,85) merupakan biaya tambahan (extra
cost) terhadap harga listrik yang dipakai.
2. Penggunaan
Power Kapasitor pada jaringan listrik dan titik beban, akan memperbaiki faktor
daya (pf) terukur, sehingga memberikan keuntungan ganda baik teknis maupun
ekonomis, antara lain:
· Secara teknis akan
memperbaiki kualitas tegangan listrik, mengurangi rugi-rugi daya pada jaringan
dan beban sehingga umur pakai jaringan dan peralatan listrik terpasang bisa
lebih awet.
· Kapasitas daya terpasang pada
pembangkit dan kapasitas daya tersambung pada titk beban menjadi lebih longgar,
sehingga memungkinkan tersedianya daya tambahan untuk keprluan tambahan beban
bagi keperluan ekspansi usaha.
· Pengembalian modal untuk
investasi pemasangan kapasitor bank akan dibayar kembali oleh biaya kVARh tiap
bulan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama; yang selanjutnya akan
merupakan keuntungan tambahan untuk kapasitas daya terpasang yang sama.
3. Pada
kondisi beban dengan faktor daya (pf) rendah, sistem tenaga listrik terpasang
secara keseluruhan akan beroperasi tidak optimal.
4. Power Kapasitor yang ditujukan untuk
kompensasi daya reaktif pada jaringan Tegangan Menengah dapat dimanfaatkan
untuk keperluan kompensasi per unit di titik beban Tegangan Menengah.
M8213S
ini ada manual booknya tidak ya? atau referensi dari buku mana?
BalasHapus